Lesehan Di Belakang Rumah Ternyata Lebih Indah Daripada Lesehan Di Restoran

shares

Pilih Lesehan di Belakang Rumah atau Lesehan di Restoran ?  - Nggak perlu ke tempat tertentu atau restoran tertentu untuk menikmati lesehan, hampir setiap pagi saya bisa lesehan di teras belakang. :)

Lesehan Di Belakang Rumah Ternyata Lebih Indah Daripada Lesehan Di Restoran
Lesehan Di Belakang Rumah Ternyata Lebih Indah Daripada Lesehan Di Restoran
Seperti tadi pagi, sebelum berangkat sekolah saya sempat menikmati sepiring nasi goreng plus plus sambil ongkang-ongkang kaki. Plus timunnya, plus kerupuk Cililinnya, plus air hangat, plus langit terbuka yang bisa saya pandang, plus udara pagi yang sejuk.

Sambil makan saya jadi ngeh pohon sirsak saya tambah gede, meski belum berbuah tapi daunnya semakin lebat. Pohon kelapa di seberang pagar berdiri tegak menjulang, seperti para punggawa yang sedang berbaris rapi siap menerima komando. Nggak jauh dari pohon sirsak, dua batang pohon sejenis palem mulai membesar. Asalnya banyak, saya sisakan dua pohon, karena saya berharap banget itu kurma, dan katanya kurma itu penyerbukannya silang, harus punya teman. Bener nggaknya, tanya sama yang ngerti ya. Hehe. Entah nanti mereka akan berkurma atau tidak, let's see.

Ah ya, pohon asem deket benteng kok lama ya gedenya, padahal saya udah pengen bikin sayur asem dari dia. Pohon rambutan di sampingnya juga agak terganggu tumbuhnya karena tertutup daun singkong. Sabar ya, singkongnya besok lusa diambil buat bikin combro. Biarpun tinggal beberapa batang, singkongnya cukup kok.

Yang kasihan itu lihat pohon rawit dan baby kedondong yang kesepian sebatangkara. Saya suruh mereka saling mendekat, eh nggak mau. Saya bilang : insya allah, kalau kamu rawit bisa survive, saya akan mengusahakan beberapa kawan buat kamu. Dan buat kedondong, nunggu agak tinggi dikit, nanti saya pindahin ke tempat lebih nyaman ya. Keep fighting!

Dan alhamdulillah, antrian semut di dinding rumah sudah berkurang, karena dahan pohon jengkol dan nangka punya tetangga sudah dipotong kemarin.

Apa kabar pohon pisang klutuk dekat pagar? Sebagian sudah ditebang biar nggak terlalu makan lahan, tapi nggak lama banyak lagi. Buahnya memang kurang enak, tapi jantungnya enak di bikin sayur atau sekedar coel sambel. Terus daunnya banyak yang butuh, jadi ya dipertahanin aja.

Terakhir, habis lesehan dongakan kepala sedikit melewati pagar, jauh di bawah sana terlihat hamparan padi menghijau. Lebih hijau daripada rumput sintetis lapangan futsal. Ratusan kali lebih luas daripada karpet pakistan. Ya iyalah. Hehe

Cukup lesehan pagi ini. Sengaja saya tidak memvisualisasikannya dalam bentuk foto, biar yang baca bebas membayangkannya.

Related Posts